10 Film Indonesia Terbaik yang Tayang di Luar Negeri

10 Film Indonesia Terbaik yang Tayang di Luar Negeri

10 Film Indonesia Terbaik yang Tayang di Luar Negeri — Sejumlah film Indonesia diketahui berhasil meraih perhatian dunia dengan memenangkan penghargaan di festival film internasional. Bahkan beberapa film Indonesia juga berhasil tayang di luar negeri.

Film-film tersebut tak hanya menampilkan kisah yang menarik dan balutan sinematografi yang apik. Namun juga menampilkan kisah yang lekat dengan budaya Indonesia

Selain itu, terdapat juga pesan dan makna yang tersirat di dalam ceritanya. Berikut sebelas film Indonesia yang tayang di luar negeri, yang sayang untuk Anda lewatkan.

Baca Juga: Daftar 15 Film Indonesia Paling Laris Tahun 2022

1. Prenjak (2016)

Tayang pada tahun 2016, film berjudul Prenjak ini menceritakan tentang hal yang cukup tabu. Prenjak mengisahkan tentang Diah yang meminta temannya yakni Jarwo untuk membeli korek api. Dengan membeli korek api, Jarwo diperbolehkan melihat alat kelamin Diah.

Film pendek yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja ini berhasil malang melintang di kancah internasional dan memenangkan sederet penghargaan internasional bergengsi.

Mulai dari Discovery Award di Festival Film Cannes, Best Fiction Short Film di Festival Film Internasional Melbourne, hingga Best Southeast Asian Short Film di SGIFF Silver Screen Award.

2. Turah (2016)

Film Indonesia yang tayang di luar negeri berikutnya adalah Turah. Film ini mengisahkan tentang orang-orang kelas bawah dalam melawan penindasan yang menekan mereka.

Turah berhasil meraih penghargaan di Singapore Internasional Film Festival sebagai Asian Feature Film Special Mention. Tak hanya itu, film ini juga diputar di ACMI Cinema Federation Square, Melbourne, Australia.

3. Marlina: Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)

Marlina: Si Pembunuh dalam Empat Babak merupakan film yang mengangkat latar daerah dan mengharumkan nama Indonesia di kancah perfilman internasional.

Film yang disutradarai oleh Mouly Surya ini mengisahkan tentang sekawanan perampok yang mendatangi rumah seorang janda bernama Marlina.

Keesokan harinya, Marlina membawa kepala dari bos perampok, Markus yang ia penggal semalam. Marlina kemudian bertemu Novi yang menunggu kelahiran bayinya, dan juga bertemu Franz yang menginginkan kepala Markus kembali.

Selain tayang di bioskop Indonesia, Marlina: Si Pemmbunuh dalam Empat Babak juga telah ditampilkan di beberapa festival film internasional, salah satunya adalah Cannes Film Festival.

Film ini juga berhasil memenangkan penghargaan Grand Prize di Tokyo FilmEX Internasional Film festival pada 2017.

4. Pengabdi Setan (2017)

Film Indonesia yang tayang di luar negeri berikutnya adalah Pengabdi Setan. Film ini mengisahkan tentang sebuah keluarga yang mengalami kesulitan finansial untuk pengobatan ibu.

Film yang disutradarai oleh Joko Anwar ini juga ditayangkan di beberapa negara, seperti Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat.

Pengabdi Setan juga berhasil memenangkan penghargaan sebagai Best Horror Film di ajang Toronto After Dark Film Festival, Overlook Film Festival, dan Popcorn Frights Film Festival.

5. Kucumbu Tubuh Indahku (2018)

Rilis di tahun 2018, Kucumbu Tubuh Indahku bercerita tentang perjalanan hidup seorang pemuda bernama Juno. Ia hidup seorang diri dengan menekuni Tari Lengger.

Film ini dianggap kontroversial di Indonesia karena membawa tema yang sensitif. Namun, film ini berhasil memborong banyak nominasi dan penghargaan.

Kucumbu Tubuh Indahku terpilih untuk mewakili Indonesia di ajang penghargaan Academy Awards 2018. Film ini juga meraih Bisato D’oro Award dari Venice Independent Film Critic dan Film Terbaik di Festival Des 3 Continents.

6. Sekala Niskala (2018)

Berlatar Bali, Sekala Niskala merupakan film yang mengisahkan tentang kehidupan dua anak kembar lelaki dan perempuan yang bernama Tantra dan Tantri.

Tantra didiagnosis menderita penyakit yang membuatnya kehilangan kemampuan inderanya. Sementara itu, Tantri yang merindukan Tantra kerap terbangun di malam hari dan melihat Tantra.

Sekala Niskala mendapat penghargaan di beberapa festival film internasional, seperti Busan International Film Festival dan Toronto International Film Festival. Film ini juga meraih Grand Prize di Tokyo FilmEX International Film Festival dan Best Youth Feature Film di Asia Pacific Screen Awards.

7. Gundala (2019)

Membawa tema pahlawan lokal khas Indonesia, Gundala mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Sancaka yang bertahan hidup setelah kepergian orang tuanya. Kemudian sebuah petir menyambar tubuhnya dan merangsang sebuah kekuatan.

Film yang disutradarai oleh Joko Anwar ini sempat ditayangkan di Toronto Internasional Film Festival dan Paris Internasional Fantastic Film Festival. Film ini juga masuk ke dalam nominasi Best Production Design di Asia Film Awards.

8. Jakarta vs Everybody (2020)

Jakarta vs Everybody atau dikenal juga dengan judul internasional yakni Jakarta, City of Dreamers merupakan film yang disutradarai dan ditulis oleh Ertanto Robby Soediskam.

Film ini menceritakan tentang Dom, pemuda berusia 23 tahun yang memutuskan untuk pergi merantau ke Jakarta untuk mengejar mimpinya menjadi seorang aktor. Namun, Dom harus menghadapi kesulitan hidup. Suatu hari, Dom bertemu dengan Pinkan dan Radit.

Jakarta vs Everybody berhasil menembus Festival Film Black Nights Tallinn ke-24 (POFF) dan ditayangkan pada 26 November 2020 di Estonia.

9. Yuni (2021)

Yuni merupakan film drama yang disutradarai dan ditulis oleh Kamila Andini. Film ini bercerita tentang Yuni, seorang gadis SMA pencinta warna ungu yang memiliki mimpi bisa melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya.

Film Yuni mendapatkan beberapa nominasi dan penghargaan di festival film internasional, seperti penghargaan Young Cineastes Award di Palm Springs International Film Festival.

Yuni juga tayang di Toronto International Film Festival dan menjadi perwakilan Indonesia untuk seleksi Oscar pada 2022.

10. Penyalin Cahaya (2021)

Penyalin Cahaya atau disebut juga Photocopier merupakan film drama thriller yang disutradarai oleh Wregas Bhatuneja. Film ini bercerita tentang Suryani yang merayakan kemenangan teaternya dengan berpesta bersama teman dan para senior teater.

Namun keesokan paginya, Suryani terbangun dalam keadaan tidak mengingat apa pun dan harus kehilangan beasiswa karena foto unggahan dirinya yang sedang mabuk di pesta tersebut diketahui pihak kampus.

Sebelum tayang di Indonesia, Penyalin Cahaya telah diputar terlebih dahulu di Busan International Film Festival. Dalam festival tersebut, Penyalin Cahaya berkompetisi dalam beberapa nominasi seperti New Current Award, New Currents Audience Award, NETPAC Award, dan FIPRESCI Award.